Siapa yang tak kenal dengan film animasi Upin-Ipin asal Malaysia? kisah dua anak kampung kembar yang sederhana, lugu dan lucu. Dan siapa yang menyangka pula, film itu merupakan hasil karya anak Indonesia?
Dia adalah Marsha Chikita, putri Ikang Fawzi penyanyi rocker ternama Tanah Air. Chikita, atau disapa kiki, menjadi bagian di balik kesuksesan film berseri Upin dan Ipin.
Awalnya tahun 2010, Kiki merupakan mahasiswi di Multimedia University (MMU), Putrajaya, Malaysia. Saat kuliah, Gadis kelahiran 28 Januari 1089 ini ingin bekerja.
Kiki kemudian ditawari seniornya mendaftar di Las' Copaque Production, perusahaan yang bergerak di bidang animasi, kreatif dan film. Saat melamar, Kiki mengaku deg-degan dan memberanikan diri untuk mendatangi perusahaan itu seorang sendiri.
"Waktu ke sana sendiri. Memberanikan sendiri buat sendiri," ujarnya saat berbincang via telepon, Sabtu (23/2).
Kiki pun diterima, dia bergabung bersama sekitar 20 animator dan Kiki satu-satunya orang Indonesia perusahaan itu. Dengan gaji RM 500 (Ringgit Malaysia) atau Rp 1.400.000 per bulan, Kiki bekerja serabutan di perusahaan tersebut.
Dia adalah Marsha Chikita, putri Ikang Fawzi penyanyi rocker ternama Tanah Air. Chikita, atau disapa kiki, menjadi bagian di balik kesuksesan film berseri Upin dan Ipin.
Awalnya tahun 2010, Kiki merupakan mahasiswi di Multimedia University (MMU), Putrajaya, Malaysia. Saat kuliah, Gadis kelahiran 28 Januari 1089 ini ingin bekerja.
Kiki kemudian ditawari seniornya mendaftar di Las' Copaque Production, perusahaan yang bergerak di bidang animasi, kreatif dan film. Saat melamar, Kiki mengaku deg-degan dan memberanikan diri untuk mendatangi perusahaan itu seorang sendiri.
"Waktu ke sana sendiri. Memberanikan sendiri buat sendiri," ujarnya saat berbincang via telepon, Sabtu (23/2).
Kiki pun diterima, dia bergabung bersama sekitar 20 animator dan Kiki satu-satunya orang Indonesia perusahaan itu. Dengan gaji RM 500 (Ringgit Malaysia) atau Rp 1.400.000 per bulan, Kiki bekerja serabutan di perusahaan tersebut.
Melihat kemampuannya, Kiki diangkat menjadi karyawan dengan gaji yang lebih besar. Kiki ditempatkan di bagian komposter, yakni bagian khusus menangani efek visual, termasuk pewarnaan pada animasi agar terlihat sempurna.
Di perusahaan itu, Kiki mendapat banyak ilmu baru. Salah satunya, Kiki banyak belajar tentang bagaimana membuat animasi, bekerja secara tim, dan membuat animasi yang mengajarkan moral kepada anak-anak.
Saat cuti kuliah, Kiki diminta untuk mempersiapkan Upin-Ipin dalam bentuk layar lebar. Kiki kemudian memberi sentuhan Indonesia dalam film itu. Kiki menggambarkan salah satu tokohnya, yakni Shanty polesan wajah Indonesia. Kiki juga memasukkan kue bakpia, semprong, dan keripik ceker ayam dalam film tersebut.
Kiki sangat senang dan bersyukur bisa menjadi bagian dari pembuatan film Upin-Ipin yang sukses di pasaran. Kiki tak menyangka hasil karyanya juga disukai khalayak ramai.
"Saya senang, alhamdulillah merasa bersyukur menjadi bagian dari itu. Senang apa yang kita buat bisa dirasakan oleh orang lain," ucapnya.
Kesuksesan Upin-Ipin tidak membuat gadis cantik ini merasa puas. Sejak keluar dari Las' Copaque Production Oktober 2012 lalu, Kiki kembali ke Indonesia dan melanjutkan karyanya dalam pembuatan film animasi. Kiki kini mengembangkan karirnya dengan bekerja mandiri di sebuah perusahaan advertising.
"Saya sudah keluar dan sekarang stay di Indonesia. Sekarang saya ingin bikin sendiri," tutupnya.
0 comments:
Post a Comment