Misteri UFO tenar Sampai Ke Indonesia




Misteri UFO

UFO (Unidentified Flying Object – Objek terbang yang tidak teridentifikasi) merupakan salah satu fenomena yang masih menjadi misteri. Fenomena UFO pun kerap dikaitkan dengan keberadaan makluk luar angkasa.
Istilah UFO sendiri secara resmi dibuat pada tahun 1953 oleh Angkatan Udara Amerika Serikat (USAF) untuk melayani berbagai laporan dari masyarakat terkait keberadaan objek terbang misterius yang memiliki bentuk berbeda dari berbagai pesawat yanga ada.
Selama akhir 1940-an hingga tahun 1950-an, fenomena UFO semakin ramai diperbincangkan menyusul banyaknya kesaksikan masyarakat yang melihat benda misterius berbentuk piring terbang atau cakram yang melayang di langit.
Keberadaan UFO yang misterius membuat banyak spekulasi bermunculan. Salah satu yang paling populer adalah UFO kerap dikaitkan dengan keberadaan makhluk luar angkasa yang coba datang ke bumi.
Namun dari berbagai studi yang dilakukan, terungkap bahwa mayoritas pengakuan warga yang melihat benda terbang asing seperti UFO ternyata merupakan fenomena biasa dari benda terbang biasa yang salah ditafsirkan masyarakat yang melihatnya.
Setelah melalui penelitian, terkadang berbagai benda misterius itu ternyata hanyalah pesawat terbang biasa, balon, bentuk awan yang tidak biasa atau hanya kilap bintang dari luar angkasa yang salah dipahami oleh masyarakat yang melihatnya.
Tidak hanya itu, tidak sedikit pula pengakuan warga yang melihat keberadaan UFO karena berdasarkan kesaksian palsu guna mencari keuntungan dari fenomena ini. Seperti yang dilakukan warga Florida, Ed Walters.
Pada tahun 1987, Walters yang merupakan seorang kontraktor mengaku beberapa kali melihat penampakan UFO terbang di dekat rumahnya. Dan dia pun sempat mengabadikannya melalui foto.
Sejak pengakuannya itu, Walters jadi sosok yang terkenal. Tidak hanya itu, daerah tempatnya tinggal juga jadi populer dan mendapat julukan Gulf Breeze UFO Incident.
Namun tiga tahun berselang, kebenaran terungkap. Walters pindah rumah pada tahun 1990. Dan penghuni rumah baru menemukan sebuah hasta karya berbentu UFO kecil ada di loteng rumah bekas Walters,
Benda tersebut mirip dengan benda misterius yang difoto Walters dan diklaim sebagai UFO. Dari hasil pengamatan ahli foto, William G Hyzer, terungkap ternyata benda ini yang jadi model foto Walters. Alhasil pengakuan Walters tiga tahun lalu terbukti hoax (bohong).
Meski demikian, tidak sedikit juga masyarakat yang masih percaya jika UFO sebagai pewasat mahkluk luar angkasa memang benar ada. Mereka beranggapan ilmu pengetahuan manusia saat ini masih belum bisa membuka misteri alam semesta.

Siswa Smp Rekam Benda Diduga UFO

Siswa Smp Rekam Benda Diduga UFO

Siswa Smp Rekam Benda Diduga UFO – Di Kendari Sulawesi Tenggara, ada seorang siswa smp tanpa sengaja merekam benda terbang tak di kenal mengunakan telepon genggam miliknya. Sebuah benda misterius ini diduga penampakan UFO.
Bocah bernama Fahlidar Adi Putra ini, adalah siswa kelas 9 SMP 9 Kendari. Ia merekam gambar itu kemarin (3/6) siang saat pulang sekolah. Dia mengaku semula hanya berniat merekam matahari yang sedang tampak ber-cincin.
Video singkat yang di duga penampakan UFO ini sempat menghebohkan Kendari. Warga yang penasaran, mendatangi sekolah Fahlidar untuk menonton secara langsung rekaman karya Fahlidar Adi Putra tersebut.
Tak hanya warga kendari, kini warga daerah lainpun yang telah mendengar berita ini dan telah menyaksikan video lewat internet, menunggu komentar dari pakar video tentang asli atau tidaknya rekaman ini.


       

Pembunuhan WNI yang gemparkan Inggris


Berita pembunuhan di Metro
Ayah Sumarti Ningsih diberitakan menuntut pembunuh putrinya dieksekusi.
Di atas kereta menuju tempat kerja, dua penumpang asyik mengobrol soal peristiwa yang menjadi salah satu berita utama harian gratis terbitan London, Metro.
Dua perempuan Indonesia dibunuh secara sadis di distrik Wan Chai, Hong Kong. Pelakunya diduga adalah seorang bankir asal Inggris Rurik George Caton Jutting. Di gerbong kereta London barat daya khususnya pada jam-jam sibuk di pagi hari atau sore, baisanya jarang terdengar obrolan dalam suara keras.
Tergoda juga untuk menimbrung percakapan mereka tatkala salah satu dari mereka terdengar menyudutkan dua perempuan itu, Sumarti Ningsih dan Seneng Mujiasih yang menggunakan nama alias Jesse Lorena Ruri.
Namun saya tahan keinginan itu dan justru membenankam kepala di antara halaman-halaman koran.
Di dalam berita koran tersebut pembaca digiring untuk mengamini bahwa kedua warga Indonesia itu adalah pekerja seks komersial yang ramah kepada pria-pria asing atau lebih tepatnya bule.

Latar belakang

 
Rurik Jutting
Rurik Jutting telah dikenai dakwaan dua kasus pembunuhan oleh pengadilan Hong Kong.

Disebutkan pula bahwa sebagian pembantu rumah tangga di Hong Kong, kebanyakan dari Indonesia dan Filipina, suka 'mengompreng' di akhir pekan.
Berita seperti ini juga muncul di koran-koran arus perdana. Bahkan salah satu surat kabar ternama membuat kalkulasi berapa jumlah uang yang bisa didapat dari hasil omprengan di akhir pekan. Lebih tinggi dibanding gaji bulanan seorang tenaga kerja domestik.
Yang juga menjadi bumbu berita peristiwa pembunuhan di Hong Kong itu adalah latar belakang tersangka. Ia adalah lulusan perguruan tinggi bergengsi, Cambridge, dan tamatan sekolah menengah swasta yang bergengsi pula.
Rurik Jutting diberitakan sebagai bankir sukses di Inggris dan selanjutnya di Hong Kong. Gemparlah Inggris karena pembunuhan yang diduga dilakukan di apartemen mewah bankir itu di kawasan Wan Chai, distrik yang terkenal dengan kehidupan malamnya.
Akan tetapi belum banyak media yang mengupas mengapa sang bankir, kalau terbukti, tega menghabisi nyawa sesama manusia yang sama-sama mencari rezeki di Hong Kong. Mengapa mereka harus dibunuh? Dan mengapa sesadis itu?
Tubuh Sumarti Ningsih dipotong-potong dan dimasukkan ke dalam koper. Ketika ditemukan kondisi jenazah sudah membusuk. Adapun Seneng Mujiasih ditemukan dengan luka leher dan pantat.
Ada judul berita yang menyebut Jutting sebagai psychopath, sebagai pembunuh, walaupun belum dibuktikan di meja hijau.
Memang penyelidikan masih berjalan, tetapi ini adalah tragedi dengan korban Sumarti Ningsih dan Seneng Mujiasih. Beberapa pembaca menyampaikan simpati kepada korban dan keluarga mereka.
"Dengan berita sevulgar dan segrafis ini, masak koran tega memuat foto perempuan-perempuan malang tersebut," protes seorang pembaca di salah satu koran utama.