Pembunuhan WNI yang gemparkan Inggris


Berita pembunuhan di Metro
Ayah Sumarti Ningsih diberitakan menuntut pembunuh putrinya dieksekusi.
Di atas kereta menuju tempat kerja, dua penumpang asyik mengobrol soal peristiwa yang menjadi salah satu berita utama harian gratis terbitan London, Metro.
Dua perempuan Indonesia dibunuh secara sadis di distrik Wan Chai, Hong Kong. Pelakunya diduga adalah seorang bankir asal Inggris Rurik George Caton Jutting. Di gerbong kereta London barat daya khususnya pada jam-jam sibuk di pagi hari atau sore, baisanya jarang terdengar obrolan dalam suara keras.
Tergoda juga untuk menimbrung percakapan mereka tatkala salah satu dari mereka terdengar menyudutkan dua perempuan itu, Sumarti Ningsih dan Seneng Mujiasih yang menggunakan nama alias Jesse Lorena Ruri.
Namun saya tahan keinginan itu dan justru membenankam kepala di antara halaman-halaman koran.
Di dalam berita koran tersebut pembaca digiring untuk mengamini bahwa kedua warga Indonesia itu adalah pekerja seks komersial yang ramah kepada pria-pria asing atau lebih tepatnya bule.

Latar belakang

 
Rurik Jutting
Rurik Jutting telah dikenai dakwaan dua kasus pembunuhan oleh pengadilan Hong Kong.

Disebutkan pula bahwa sebagian pembantu rumah tangga di Hong Kong, kebanyakan dari Indonesia dan Filipina, suka 'mengompreng' di akhir pekan.
Berita seperti ini juga muncul di koran-koran arus perdana. Bahkan salah satu surat kabar ternama membuat kalkulasi berapa jumlah uang yang bisa didapat dari hasil omprengan di akhir pekan. Lebih tinggi dibanding gaji bulanan seorang tenaga kerja domestik.
Yang juga menjadi bumbu berita peristiwa pembunuhan di Hong Kong itu adalah latar belakang tersangka. Ia adalah lulusan perguruan tinggi bergengsi, Cambridge, dan tamatan sekolah menengah swasta yang bergengsi pula.
Rurik Jutting diberitakan sebagai bankir sukses di Inggris dan selanjutnya di Hong Kong. Gemparlah Inggris karena pembunuhan yang diduga dilakukan di apartemen mewah bankir itu di kawasan Wan Chai, distrik yang terkenal dengan kehidupan malamnya.
Akan tetapi belum banyak media yang mengupas mengapa sang bankir, kalau terbukti, tega menghabisi nyawa sesama manusia yang sama-sama mencari rezeki di Hong Kong. Mengapa mereka harus dibunuh? Dan mengapa sesadis itu?
Tubuh Sumarti Ningsih dipotong-potong dan dimasukkan ke dalam koper. Ketika ditemukan kondisi jenazah sudah membusuk. Adapun Seneng Mujiasih ditemukan dengan luka leher dan pantat.
Ada judul berita yang menyebut Jutting sebagai psychopath, sebagai pembunuh, walaupun belum dibuktikan di meja hijau.
Memang penyelidikan masih berjalan, tetapi ini adalah tragedi dengan korban Sumarti Ningsih dan Seneng Mujiasih. Beberapa pembaca menyampaikan simpati kepada korban dan keluarga mereka.
"Dengan berita sevulgar dan segrafis ini, masak koran tega memuat foto perempuan-perempuan malang tersebut," protes seorang pembaca di salah satu koran utama.



0 comments:

Post a Comment